Conectivism merupakan sebuah metode belajar yang berbasis kehidupan. (wih...berat banget yak)
begitulah yang kudengar dari direktur akademik yang kemarin sharing dengan kami-kami para dosen jurusan IBM.
Bikin kurikulum yang berbasis kompetensi aja udah "aje gile" apalagi berbasis kehidupan.
Tapi dibalik kesulitannya, metode ini sangat menantang loh, jadi diawal kelas, dosen atau guru bersama-sama dengan mahasiswa atau murid atau kita sebut saja partisipan merancang silabus bersama apa yang ingin dia (si partisipan) pelajari mengenai mata kuliah tersebut sesuai dengan kapasitasnya si partisipan. Sangat customized jadi artinya requirement-nya juga berat.
Salah satunya adalah jumlah partisipan maksimal 18 orang (duh...kelasku kadang sampai 55 orang :P)
Kemudian si dosen/guru harus orang yang sangat kreatif mampu menstimulus partisipan untuk mengetahui apa yang ingin dia ketahui. Berat kan? Tapi sangat menarik.
Nah kecerdasan yang nantinya didapatkan si partisipan adalah kecerdasan dalam menjalani kehidupan. Si partisipan diharapkan bisa realize bahwa dia tidak tau semua hal dalam hidup ini tapi dia tau dimana dia dapat menemukan jawaban untuk persoalan yang dia hadapi. Means......
"I store my knowledge in others".
Jadi saat butuh sesuatu yang kita tidak pahami/mengerti, kita tau dimana dapat menemukannya dan bagaimana cara menemukannya.
Menarik ya? agak mirip-mirip dengan konsep networking juga seh :)
Meskipun susah kupikir perlu juga metode ini diadaptasi. Mungkin ga plek karena persyaratannya njilimet jadi ambil yang bisa di-apply aja. Lumayan kan?
Cerdas dalam menjalani hidup....sounds so me....... (huahaahaha....ngarang bgt mode ON)
Wednesday, February 13, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment