Tuesday, April 15, 2008

On Duty

Aku memiliki istilah sendiri untuk profesionalisme yaitu "on duty"
artinya, seseorang harus "on duty" atau benar-benar bekerja ketika jamnya memang sedang bekerja. Bukan hanya sekedar bekerja bruuuuup selesai. Tapi harus bekerja dengan baik sesuai prosedur, selesai tanpa kesalahan (zero defect), dan customer merasa puas. itulah on duty.
Kalau pekerjaan kita tidak berhubungan langsung dengan customer dalam arti pembeli (misalnya orang yang bekerja di back office) maka customer -nya adalah "the next process"

So, kalau dia seorang sekretaris, maka customer-nya adalah siapa yg menerima jasa dia selanjutnya, dalam hal ini mungkin bosnya. Jadi pekerjaan si sekretaris harus selesai, sesuai prosedur, minim kesalahan (klo nggak bisa zero defect) dan harus memuaskan si bos. Buatlah notulen rapat sebagaimana adanya, jangan mengetik kata "insigne" menjadi "insane"
Kalau dia waitress maka, layanilah pembeli dengan baik, jangan membuat gula pada pesanan "kopi pahit"

Mungkin bagi banyak orang, kelihatannya terlalu mengada-ada atau hal sepele kok diributkan. Tapi bagiku "on duty" adalah sesuatu yang sangat penting dan prinsip. Ga heran kalau aku sering complaint kepada penjual es teh yang ga masukin es ke es teh pesananku. Mungkin benar bahwa hal itu sepele dan gak perlu diributkan, tapi bukankah orang harus bertanggung jawab pada perkara-perkara sepele atau kecil?
Supaya Tuhan mempercayakan kepadanya perkara-perkara besar?

Dan kalau dia memang kerjaannya penjual es teh kenapa sih dia harus begitu sering salah, hanya untuk bikin es teh?
Lalu ada jawaban teman "rocker juga manusia bu..."
Yup betul banget, tapi manusia juga adalah ciptaan Tuhan yang "secitra" dengan penciptanya. so melakukan sesuatu dengan sempurna adalah hakekat manusia juga.

Dengan tidak melakukan sesuatu "on duty" maka banyak pemborosan yang seharusnya tidak terjadi contohnya:
  • Ketika email dikirimkan ke milist dengan berita: "rapat hari ini jam 16.00 di ruang A." Lima menit kemudian datang email lagi dengan berita: "Eh maaf rapatnya di Ruang B" Kebayang nggak, kalau 10 saja anggota milist tersebut maka akan ada 10 orang yang harus men-delete berita pertama dan harus mengganti notesnya serta mengubah record yang sempat dia tuliskan di otaknya. Kalau kita asumsikan bahwa butuh 1 menit membaca satu email dan men-delete maka akan ada 10 menit yang terbuang sia-sia dari 10 orang-orang yang mungkin bisa mendedikasikan satu menitnya untuk hal yang lebih berguna misalnya menjawab sms kekasih (dimana dengan berhubungan baik dengan kekasihnya maka 10 orang ini akan merasa berbahagia dan bisa melakukan pekerjaan utamanya dengan baik.) Iya kalau 10 orang itu membaca email kedua. Kalau nggak? berapa orang yang akan salah ruang ketika rapat dimulai? Belum lagi kalau akhirnya rapat nggak jadi karena nggak memenuhi korum. Atau malah yang salah ruang itu harus menelepon temannya untuk bertanya: "kok di ruang A, nggak ada orang padahal udah jam 16.00?" Kasian, orang yang tak bersalah itu harus mengeluarkan pulsa. Iya kalau hanya sebatas mengeluarkan pulsa untuk telepon. Bagaimana kalau dia merasa bersalah karena nggak membaca email ralat kedua karena dia harus pergi mengerjakan pekerjaan utamanya dan nggak akses ke email? Kasian sekali orang yang tidak bersalah itu harus merasa bersalah untuk sesuatu yang dia tidak salah. Masih bisa panjang lagi rentetan cerita kerugian yang bisa disajikan karena orang yang tidak "on duty." Dan akibat jangka panjangnya mungkin saja orang-orang produktif bisa menjadi tidak produktif karena dia harus berhubungan dengan persoalan-persoalan adminsitrasi yang mengganggu.
Ribet?
Yup..sangat.. makanya tetaplah "on duty" agar orang lain tidak menjadi ribet.
Berbeda orang yang tidak mampu dengan orang yang tidak "on duty."
Kalau seseorang tidak mampu melakukan pekerjaannya maka dia harus di training supaya mampu. Kalau sudah di training tetap nggak mampu, mungkin dia bukan orang yang tepat untuk jenis pekerjaan tersebut. Biarkan dia mencari dimana dia bisa menunjukkan kemampuan optimalnya. Itu akan lebih baik bagi kedua belah pihak.

Kemarin sore aku nomat di 21 dengan teman kerja, ditengah padatnya agenda agar bisa selalu "on duty" aku memutuskan untuk nonton meskipun genre filmnya nggak kusukai tapi karena yg main si Keanu Reeves maka aku bela-belain nonton :D
Keputusan nonton pun dilatarbelakangi kepusingan dengan banyaknya orang dihidupku yang tidak "on duty" dan juga karena mhs lagi UTS sehingga nggak harus nyiapin materi untuk ngajar dan mereka pun nggak akan berkeliaran di PTC.
Tak disangka tak diduga tetap aja ketemu mhs yg lagi nonton :D dan mereka melihat kami bagai melihat sepasang hantu :D

Lalu aku sepakat dengan teman bahwa dulu jaman kita kuliah, sesiap apapun dalam menghadapi ujian (Baik UTS maupun UAS), tetap aja kami merasa bersalah kalau harus melakukan sesuatu yang bersifat agak entertain huahahaha.....
Anak-anak sekarang memang lebih santai dan cerdas dalam berbagai hal sekarang ini ya?...atau kami yg terlalu serius?

tau ah gelap...:P




No comments: