Akhirnya,....setelah 24 hari pak Harto berjuang untuk tetap hidup, pemilik kehidupan jua yang menentukan hidup matinya seseorang. Sekeras apapun seseorang [dalam hal ini keluarga dan dokter] berusaha untuk tetap hidup, maka jika sudah waktunya, maka tak seorang pun mampu melawan.
oleh karena itu adalah lebih baik berserah kepada pemilik hidup saja (sok bijak mode ON)
Meninggalnya (wafatnya) pak Harto pertama kali aku lihat di Metro Breaking News ketika tak sengaja diriku mencari-cari acara di minggu siang yang asyik di tonton. Langsung saja aku berhenti dan menonton. Tidak ada ikatan emosional apa-apa antara aku dan dia jadi perasaanku datar saja (makanya aku heran ketika di acara livenya SCTV sore hari, ada masyarakat yang hadir dari Bogor, Merak sambil mengucapkan turut berdukacita dan menahan tangis; aku berpikir ada hubungan emosional apa mereka dengan pak Harto? Apakah mereka penerima beasiswa Supersemar sebelumnya? atau mereka pernah berjabat tangan dengan pak Harto? atau mendapat pinjaman lunak dulunya atau apa ya?) aku menonton justru ingin melihat bagaimana reaksi anggota keluarganya (apakah si Mayangsari datang?); siapa aja yang datang melayat; dll-dll pokoknya hal-hal yang ga penting gitu deh.
Ternyata si Halimah yang baru saja dicerai oleh Bambang hadir dan kelihatannya dia cukup berperan juga. Katanya Minggu malam Mayangsari datang tapi diusir (betulkah?) Tata juga hadir. Trus aku cari-cari anggota keluarga yang lain yang agak hot (maksudku anggota keluarga yang mungkin jadi targetnya acara yang hot2 alias gossip geto) ga kelihatan seperti Rika Calabout, Lulu Tobing dll yang berhubungan dengan artis. Eh...malah Donny Damara yang ada :P
Trus aku pikir begini,....wah klo pak Harto ini jadi orang Batak, maka dia masuk kategori meninggal "Saur Matua" artinya meninggal pada saat semua anak sudah menikah bahkan sudah punya cucu-cicit, jadi ga terlalu menyedihkan lagi sebenarnya karena beliau tidak memiliki kewajiban lagi didunia yang fana ini. Dan kematian jenis saur matua ini sangat didambakan hampir seluruh orang Batak. Apalagi ketika dibacakan jumlah seluruh pinompar-nya (keturunannya yang meliputi jumlah anak+menantu+cucu+cicit) wah....bangga banget tuh.... Pak Harto bakal dianggap sempurna dalam kehidupannya didunia ini.
Cuma yang jadi masalah adalah ketika riwayat hidup yang meninggal dibacakan, maka akan kelihatan betapa pedihnya hidup si Bapak ini (4 dari 6 anaknya cerai) yang mana ini adalah aib yang sangat berat bagi orang batak. Soalnya kan ada acara mangulosi, nah bakal kucar-kacir tuh adat, siapa yang diulosi dan siapa yang mangulosi. Bakal ga teratur tuh, siapakah hula-hula yang datang (keluarganya halimah atau mayang?-harusnya sih keluarga halimah, keluarganya tata datang kah? keluarganya istrinya sigit mungkin ga masalah karena dianya ga cerai) trus Pamoruan/Boru (keluarga indra rukmana so pasti akan datang; gimana keluarganya bekas/mantan suami tatiek dan mamiek? apakah mereka masih mampu berdiri teguh?) begitu kira-kira persoalan inti dan pasti akan merambat kemana-mana dan intinya kematian "saur matua" ini akan kehilangan kehormatannya...cape dewh... untung pak Harto bukan orang Batak hehehe....
hm...Turut Berduka Cita, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi penghiburan oleh Tuhan.
btw, ternyata tradisi pakaian seragam di acara2 pernikahan dan ultah itu warisan orba ya,...warisan cendana tepatnya. Soale pas lihat acara ultah, nikahan keluarga cendana pasti deh seragam semuanya :P
Monday, January 28, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment