Tuesday, April 21, 2009

Ibuku...

Tulisan ini kubuat karena membaca tantangan dari detikblog yang meminta menuliskan mengenai wanita hebat disekeliling kita, pada acara Suara Blogger Untuk Wanita Indonesia

Ketika aku membaca tantangan tersebut maka perempuan yang pertama kali muncul dalam pikiranku adalah Ibuku...
Sama seperti kebanyakan orang yang merasa bahwa "Ibu" adalah pusat kehidupan dan kebanggaan, demikian juga denganku, aku merasa Ibuku adalah perempuan terhebat yang kukenal.
Namun demikian kebanggaanku pada Ibuku semakin bertambah setelah aku cukup dewasa.

Dulu aku merasa tidak ada yang terlalu istimewa dari Ibuku. Dia sama seperti Ibu lain yang mencintai anak-anaknya. Ibuku juga sangat mencintai aku dan kaka-kakaku yang lain. Kebutuhan kami terpenuhi baik secara fisik, emosi dan spritual.
Ibuku sangat aktif. Aktif sebagai guru, aktif sebagai warga negara (dulu sering terpilih jadi juru kampanye Golkar dan agenda pemerintah lainnya :D), aktif di gereja sampai aku sering nangis di setiap kamis malam karena Ibuku selalu pergi partangiangan (kebaktian malam di rumah anggota jemaat secara bergiliran), dan aktif berjualan.


Kalau aku disuruh menggambarkan Ibuku maka yang pertama kali kukatakan adalah Ibuku seorang guru SMP Negeri yang cukup terkenal didesaku, pintar mengajar sampai teman-teman kakaku yang sudah lulus puluhan tahun masih bisa menirukan gaya ibuku dalam mengajar khususnya caranya mengajar sejarah dan ingat kata-katanya yang fenomenal yaitu "tep mai ale..." (sesudah itu saudara...)
Berbagai bidang studi pernah diajarkannya. Bahasa Indonesia, Sejarah, IPS sampai PKK.
Ketika aku SD ada pantun teka-teki dalam buku bahasa Indonesia, yang bertanya "buah apa tidak bertangkai?"
Ibu guruku ga tau jawabannya dan bilang akan dijawab minggu depan.
Sampai di rumah aku bertanya ke Ibuku, "buah apa tidak bertangkai?" Ibu menjawab "kau"

aku heran sekali, "aku? aku kan bukan buah?" lalu ibuku jawab "buah hati yang tidak bertangkai, kau adalah buah hatiku"
Itu terjadi hampir 20 tahun yang lalu tapi aku sangat ingat setiap detail kejadiannya karena saat itu aku sangat bangga pada ibuku, yang bisa menjawab pertanyaan tanpa melihat buku, pertanyaan yang ibu guruku ga bisa jawab dan aku sangat bahagia karena aku buah hatinya.

Kemudian aku juga akan menggambarkannya sebagai istri yang baik dan sangat dicintai suaminya. Meskipun Bapak dan Ibuku berpisah kota cukup lama karena Bapakku berpindah-pindah kerja dari satu kota ke kota lain, aku mengamati bahwa Bapakku selalu menceritakan begitu banyak hal ke ibuku ketika pertama kali mereka bertemu kembali. Dan meskipun mereka lama berpisah kota, sampai saat ini kami tidak pernah tau Bapaku mencintai perempuan lain selain Ibuku (Ini sih kehebatan Bapak kali ya hehehe...)
Ibuku adalah ibu dari 5 anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Hanya 6 orang yang berhasil jadi sarjana, karena yang dua memutuskan untuk tidak menyelesaikan kuliahnya. Dan sekarang Ibuku menjadi nenek dari 15 cucu. Masakannya sangat sederhana tapi diingat anak-anaknya sampai menantunya. Menantunya bilang kalau inang (Ibu) yang masak, bawang cuma dibelah dua aja enak sekali rasanya. Dan moment yang paling kusenangi bersamanya adalah, ketika hendak tidur dia selalu membuat perbincangan dulu baik yang serius atau hanya sekedar omong kosong.
Desember lalu, aku dan seorang kakaku berbincang-bincang dengan Ibuku menjelang tidur, beberapa hari sebelum pernikahanku. Dengan PD-nya karena aku boru siampudan-nya (putri bungsu-red) dan karena aku memang merasa demikian, aku berkata, "kurasa yang paling kau cintai dari kami semua anak-anakmu, aku ya mom...aku kan paling nggak pernah ngerepotin"

Dan Ibuku menjawab, "Enggak ah...masing-masing kalian memiliki tempat dihatiku. Kau enggak pernah ngerepotin tapi nggak pernah gunting kukuku. Si Upa (kakaku-red) selalu bikin kukuku bersih, spreiku diganti dan dicuci. Mak Hilda, mau mijitin. Macam-macamlah...Semua kalian punya kelebihan dan kekurangan masing-masing dan semua kucintai"
Aku sangat kagum dengan jawaban Ibuku meskipun diam-diam aku tetap merasa aku lebih dicintainya, dan kakaku juga ternyata merasa dia yang paling dicintai. Ibuku selalu mampu membuat kami semua merasa orang yang paling istimewa dalam hidupnya.

Kemudian, Ibuku juga seorang pedagang pakaian.
Sejak aku kecil aku ingat ibuku berjualan pakaian setiap Rabu dipasar (fyi, dulu di kampungku hanya hari Rabu pasar yang besar hari-hari lain hanya pasar kecil aja). Pada hari rabu Ibuku hanya mengajar 2 les (2 pertemuan) sehingga bisa cepat ke pasar untuk berjualan. Dan kami bersaudara secara berturut-turut bantuin Ibu. Kalau kaka yang satu udah lulus dan harus kuliah ke kota lain, maka adik dibawahnya yang membantu Ibu. Dan sampai sekarang giliran itu sudah sampai ke cucunya. Untuk hal inilah aku melihat betapa ternyata istimewanya Ibuku ini.
Ibu berdagang untuk menopang kehidupan kami karena Ibu dan Bapak cuma PNS yang ga mungkin membiayai 8 orang anak. Dan karena Ibuku berdagang, Bapakku juga bisa bekerja dengan idealismenya karena secara finansial dagangan Ibuku bisa menopang kehidupan kami. Ibuku seorang yang
persistent hampir tiap minggu belanja ke kota Siantar pulang pergi dalam satu hari, hanya untuk menyediakan barang-barang dagangannya. Dan itu masih dilakukannya sampai sekarang diusianya yang ke 74 tahun.
Dulu aku merasa semua yang dilakukan Ibuku hal yang biasa-biasa saja. Sampai aku kuliah di Fakultas Ekonomi, belajar bisnis dan akhirnya aku menjadi dosen bisnis, baru aku menyadari betapa sebenarnya Ibuku bukan hanya seorang pedagang pakaian tetapi seorang "entrepreneur" handal.
Beberapa perbincanganku dengan ibuku memberi kesan yang sangat dalam padaku betapa sebenarnya Ibuku sangat hebat hingga dagangannya berkembang jadi toko serba ada setelah dia pensiun.
Suatu waktu dia bercerita, kalau kenaikan kelas kayak gini (bulan Juli-red; dimana anak-anak lulusan SMP di desa-desa di samosir akan sekolah ke kota lain khususnya Pangururan, karena SMAN saat itu hanya ada di kota kami di Pangururan) bukan hanya seragam yang kita tawarkan tetapi juga handuk karena anak-anak sekolahan akan kost, jadi mereka juga butuh handuk. Bukan kah itu dalam istilah bisnis yang dikatakan "Market Sensitivity?"
Kala lain, ketika aku menemani Ibu Belanja di Siantar, aku yang pengen cepat-cepat selesai belanja dan pulang marah karena Ibuku memilih barang dagangannya sangat telaten. Ibu bilang "kita harus memilih yang terbaik, biar pembeli kita mendapat yang terbaik" bukankah itu yang disebut "total quality" dalam arti sederhana?
Dan kalau ada yang meminta Ibu untuk tidak berjualan hari rabu, maka Ibu akan menjawab, "kasihan langgananku kalau mereka nyari, aku nggak ada." sip...menurutku itu adalah konsep "
customer first" :D
Nah Bulan Desember lalu, ketika aku akan menikah, kami berbincang-bincang mengenai terbatasnya gedung pernikahan di kota Surabaya untuk orang Batak. Lalu muncul ide untuk bikin gedung pernikahan yang dananya dari kakaku yang di Jerman. Ibuku lalu bilang, "jangan asal bikin gedung pertemuan, tapi tentukan dulu apa bedanya gedung yang akan kalian bangun dengan gedung yang sudah ada." Aku benar-benar terpesona, bukankah itu pemahaman "Differentiation" yang selalu kuajarkan pada mahasiswa-mahasiswaku?

Duh, hebatnya Ibuku... jauh-jauh aku berguru kepada Michael Potter, Philp Kottler dan kawan-kawan...ternyata kearifan itu ada pada Ibuku tercinta, aku hanya harus cukup jeli mendengarkannya saja :D

Selamat hari Kartini untuk semua perempuan-perempuan hebat Indonesia dan teristimewa untuk Ibuku tercinta, Ibu P. Sigalingging
I Love You much mom...

6 comments:

Novilia said...

hmm.. good story of mom..
uda saya link bu...
makasi banyak ya bu.. hehehe..

Melody said...

Every moms bring nice story for their kids :D

thx udah dilink boleh saya link juga blogmu?

Novilia said...

sangat boleh buu...
terima kasih banyak bu =)

Upa said...

so touching...I love your mom too

here I am...

Melody said...

on Junica:

Thx a lot, for loving my mom my dear sister :-)

Melody said...

on Novi:
sudah di link ya........