Monday, April 27, 2009
Rumah Harapan
"I have seen so many loving faces,
They turn back and leave with looks of regret.
The road goes and I am finding home on it."
(Saosin - Finding Home)
Bukan sebuah kebetulan kalau rumah yang kami harapkan di setujui KPR-nya oleh Bank Mandiri Rabu minggu lalu, sehingga kami harus mempersiapkan segala sesuatunya dan akhirnya bisa tandatangan bahwa rumah itu resmi menjadi milik kami pada Sabtu 25 April 2009 bertepatan dengan hari Ulang Tahun Suamiku :-)
Tidak ada rencana untuk itu, tapi terjadilah begitu, Tuhan memang selalu penuh dengan kejutan.
Setelah menikah desember lalu, saya [dan suami tentunya] tinggal di Pondok Mertua Indah (PMI) dan beberapa bulan lagi setelah listrik terpasang, pagar dibuat dan segala sesuatunya disiapkan, kami akan pindah ke rumah kami sendiri [tetap] di PMI tetapi PMI yang ini adalah Pondok Maritim Indah di kawasan Surabaya Barat hehehe...
Selama empat bulan ini kami pontang-panting [ga segitunya seh] mencari rumah harapan kami.
Rumah tempat kami tinggal dan beristirahat,
Rumah tempat kami berharap anak-anak kami akan lahir dan bertumbuh bersama kami,
Rumah yang semoga kami bisa mengisinya dengan kehangatan cinta, sehingga rumah tersebut menjadi sebuah tempat yang selalu kami rindukan ketika kami ingin pulang.
Peristiwa memiliki rumah ternyata melibatkan sisi emosional dari diriku lebih dari yang kubayangkan.
Proses memiliki rumah ternyata bukan hanya proses menghitung kemampuan financial untuk memiliki aset yang harapannya nilainya akan melambung dimasa yang akan datang.
Proses memiliki rumah membuat kami sebagai suami istri semakin kompak, semakin saling mengenal dan semakin berharap pada masa depan yang lebih indah.
Ada rumah yang secara harga lebih murah namun tidak di Surabaya Barat di area tempatku bekerja sehingga suamiku bilang tidak feasible, karena dia ingin aku lebih dekat sehingga tidak terlalu cape (so sweet...)
Ada rumah yang harganya halmahera banget yang membuat kami berdua ketawa-ketawa dan bilang yang punya rumah nggak sopan :D
Ada rumah harganya cocok, lokasi cocok tapi designya terlalu rumit sehingga repot klo nanti punya anak (amin...semoga cepat punya anak :-)
Dari berbagai kriteria yang kami tentukan maka rumah di PMI Blok O-12 ini lah yang paling cocok dan sesuai dengan kondisi kami.
Luas tanahnya 135 meter dan luas bangunan 54, hanya rumah kecil namun yang sangat menarik adalah rumah ini rumah baru.
Belum ada keluarga yang pernah menulis kisah di dalamnya
Rumah itu adalah rumah kami.
Kami yang akan memulai mengukir, menggambar dan menulis kisah di dalamnya :-)
Semoga kami bisa menulis kisah yang indah, hangat dan penuh cinta.
Semoga rumah harapan ini menjadi rumah terindah dimana aku dan kekasihku selalu rindu untuk pulang, bertemu, dan berbagi dalam suasana cinta dan penuh kehangatan.
Dan diatas semuanya itu, semoga kami semua pengisi rumah itu mampu menjadi pelaku firman sehingga rumah kami menjadi rumah yang kokoh yang meletakan dasarnya diatas batu (Mat 6: 47-49)
:-)
Tuesday, April 21, 2009
Ibuku...
Tulisan ini kubuat karena membaca tantangan dari detikblog yang meminta menuliskan mengenai wanita hebat disekeliling kita, pada acara Suara Blogger Untuk Wanita Indonesia
Ketika aku membaca tantangan tersebut maka perempuan yang pertama kali muncul dalam pikiranku adalah Ibuku...
Sama seperti kebanyakan orang yang merasa bahwa "Ibu" adalah pusat kehidupan dan kebanggaan, demikian juga denganku, aku merasa Ibuku adalah perempuan terhebat yang kukenal.
Namun demikian kebanggaanku pada Ibuku semakin bertambah setelah aku cukup dewasa.
Dulu aku merasa tidak ada yang terlalu istimewa dari Ibuku. Dia sama seperti Ibu lain yang mencintai anak-anaknya. Ibuku juga sangat mencintai aku dan kaka-kakaku yang lain. Kebutuhan kami terpenuhi baik secara fisik, emosi dan spritual.
Ibuku sangat aktif. Aktif sebagai guru, aktif sebagai warga negara (dulu sering terpilih jadi juru kampanye Golkar dan agenda pemerintah lainnya :D), aktif di gereja sampai aku sering nangis di setiap kamis malam karena Ibuku selalu pergi partangiangan (kebaktian malam di rumah anggota jemaat secara bergiliran), dan aktif berjualan.
Kalau aku disuruh menggambarkan Ibuku maka yang pertama kali kukatakan adalah Ibuku seorang guru SMP Negeri yang cukup terkenal didesaku, pintar mengajar sampai teman-teman kakaku yang sudah lulus puluhan tahun masih bisa menirukan gaya ibuku dalam mengajar khususnya caranya mengajar sejarah dan ingat kata-katanya yang fenomenal yaitu "tep mai ale..." (sesudah itu saudara...)
Berbagai bidang studi pernah diajarkannya. Bahasa Indonesia, Sejarah, IPS sampai PKK.
Ketika aku SD ada pantun teka-teki dalam buku bahasa Indonesia, yang bertanya "buah apa tidak bertangkai?"
Ibu guruku ga tau jawabannya dan bilang akan dijawab minggu depan.
Sampai di rumah aku bertanya ke Ibuku, "buah apa tidak bertangkai?" Ibu menjawab "kau"
aku heran sekali, "aku? aku kan bukan buah?" lalu ibuku jawab "buah hati yang tidak bertangkai, kau adalah buah hatiku"
Itu terjadi hampir 20 tahun yang lalu tapi aku sangat ingat setiap detail kejadiannya karena saat itu aku sangat bangga pada ibuku, yang bisa menjawab pertanyaan tanpa melihat buku, pertanyaan yang ibu guruku ga bisa jawab dan aku sangat bahagia karena aku buah hatinya.
Kemudian aku juga akan menggambarkannya sebagai istri yang baik dan sangat dicintai suaminya. Meskipun Bapak dan Ibuku berpisah kota cukup lama karena Bapakku berpindah-pindah kerja dari satu kota ke kota lain, aku mengamati bahwa Bapakku selalu menceritakan begitu banyak hal ke ibuku ketika pertama kali mereka bertemu kembali. Dan meskipun mereka lama berpisah kota, sampai saat ini kami tidak pernah tau Bapaku mencintai perempuan lain selain Ibuku (Ini sih kehebatan Bapak kali ya hehehe...)
Ibuku adalah ibu dari 5 anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Hanya 6 orang yang berhasil jadi sarjana, karena yang dua memutuskan untuk tidak menyelesaikan kuliahnya. Dan sekarang Ibuku menjadi nenek dari 15 cucu. Masakannya sangat sederhana tapi diingat anak-anaknya sampai menantunya. Menantunya bilang kalau inang (Ibu) yang masak, bawang cuma dibelah dua aja enak sekali rasanya. Dan moment yang paling kusenangi bersamanya adalah, ketika hendak tidur dia selalu membuat perbincangan dulu baik yang serius atau hanya sekedar omong kosong.
Desember lalu, aku dan seorang kakaku berbincang-bincang dengan Ibuku menjelang tidur, beberapa hari sebelum pernikahanku. Dengan PD-nya karena aku boru siampudan-nya (putri bungsu-red) dan karena aku memang merasa demikian, aku berkata, "kurasa yang paling kau cintai dari kami semua anak-anakmu, aku ya mom...aku kan paling nggak pernah ngerepotin"
Dan Ibuku menjawab, "Enggak ah...masing-masing kalian memiliki tempat dihatiku. Kau enggak pernah ngerepotin tapi nggak pernah gunting kukuku. Si Upa (kakaku-red) selalu bikin kukuku bersih, spreiku diganti dan dicuci. Mak Hilda, mau mijitin. Macam-macamlah...Semua kalian punya kelebihan dan kekurangan masing-masing dan semua kucintai"
Aku sangat kagum dengan jawaban Ibuku meskipun diam-diam aku tetap merasa aku lebih dicintainya, dan kakaku juga ternyata merasa dia yang paling dicintai. Ibuku selalu mampu membuat kami semua merasa orang yang paling istimewa dalam hidupnya.
Kemudian, Ibuku juga seorang pedagang pakaian.
Sejak aku kecil aku ingat ibuku berjualan pakaian setiap Rabu dipasar (fyi, dulu di kampungku hanya hari Rabu pasar yang besar hari-hari lain hanya pasar kecil aja). Pada hari rabu Ibuku hanya mengajar 2 les (2 pertemuan) sehingga bisa cepat ke pasar untuk berjualan. Dan kami bersaudara secara berturut-turut bantuin Ibu. Kalau kaka yang satu udah lulus dan harus kuliah ke kota lain, maka adik dibawahnya yang membantu Ibu. Dan sampai sekarang giliran itu sudah sampai ke cucunya. Untuk hal inilah aku melihat betapa ternyata istimewanya Ibuku ini.
Ibu berdagang untuk menopang kehidupan kami karena Ibu dan Bapak cuma PNS yang ga mungkin membiayai 8 orang anak. Dan karena Ibuku berdagang, Bapakku juga bisa bekerja dengan idealismenya karena secara finansial dagangan Ibuku bisa menopang kehidupan kami. Ibuku seorang yang persistent hampir tiap minggu belanja ke kota Siantar pulang pergi dalam satu hari, hanya untuk menyediakan barang-barang dagangannya. Dan itu masih dilakukannya sampai sekarang diusianya yang ke 74 tahun.
Dulu aku merasa semua yang dilakukan Ibuku hal yang biasa-biasa saja. Sampai aku kuliah di Fakultas Ekonomi, belajar bisnis dan akhirnya aku menjadi dosen bisnis, baru aku menyadari betapa sebenarnya Ibuku bukan hanya seorang pedagang pakaian tetapi seorang "entrepreneur" handal.
Beberapa perbincanganku dengan ibuku memberi kesan yang sangat dalam padaku betapa sebenarnya Ibuku sangat hebat hingga dagangannya berkembang jadi toko serba ada setelah dia pensiun.
Suatu waktu dia bercerita, kalau kenaikan kelas kayak gini (bulan Juli-red; dimana anak-anak lulusan SMP di desa-desa di samosir akan sekolah ke kota lain khususnya Pangururan, karena SMAN saat itu hanya ada di kota kami di Pangururan) bukan hanya seragam yang kita tawarkan tetapi juga handuk karena anak-anak sekolahan akan kost, jadi mereka juga butuh handuk. Bukan kah itu dalam istilah bisnis yang dikatakan "Market Sensitivity?"
Kala lain, ketika aku menemani Ibu Belanja di Siantar, aku yang pengen cepat-cepat selesai belanja dan pulang marah karena Ibuku memilih barang dagangannya sangat telaten. Ibu bilang "kita harus memilih yang terbaik, biar pembeli kita mendapat yang terbaik" bukankah itu yang disebut "total quality" dalam arti sederhana?
Dan kalau ada yang meminta Ibu untuk tidak berjualan hari rabu, maka Ibu akan menjawab, "kasihan langgananku kalau mereka nyari, aku nggak ada." sip...menurutku itu adalah konsep "customer first" :D
Nah Bulan Desember lalu, ketika aku akan menikah, kami berbincang-bincang mengenai terbatasnya gedung pernikahan di kota Surabaya untuk orang Batak. Lalu muncul ide untuk bikin gedung pernikahan yang dananya dari kakaku yang di Jerman. Ibuku lalu bilang, "jangan asal bikin gedung pertemuan, tapi tentukan dulu apa bedanya gedung yang akan kalian bangun dengan gedung yang sudah ada." Aku benar-benar terpesona, bukankah itu pemahaman "Differentiation" yang selalu kuajarkan pada mahasiswa-mahasiswaku?
Duh, hebatnya Ibuku... jauh-jauh aku berguru kepada Michael Potter, Philp Kottler dan kawan-kawan...ternyata kearifan itu ada pada Ibuku tercinta, aku hanya harus cukup jeli mendengarkannya saja :D
Selamat hari Kartini untuk semua perempuan-perempuan hebat Indonesia dan teristimewa untuk Ibuku tercinta, Ibu P. Sigalingging
I Love You much mom...
Ketika aku membaca tantangan tersebut maka perempuan yang pertama kali muncul dalam pikiranku adalah Ibuku...
Sama seperti kebanyakan orang yang merasa bahwa "Ibu" adalah pusat kehidupan dan kebanggaan, demikian juga denganku, aku merasa Ibuku adalah perempuan terhebat yang kukenal.
Namun demikian kebanggaanku pada Ibuku semakin bertambah setelah aku cukup dewasa.
Dulu aku merasa tidak ada yang terlalu istimewa dari Ibuku. Dia sama seperti Ibu lain yang mencintai anak-anaknya. Ibuku juga sangat mencintai aku dan kaka-kakaku yang lain. Kebutuhan kami terpenuhi baik secara fisik, emosi dan spritual.
Ibuku sangat aktif. Aktif sebagai guru, aktif sebagai warga negara (dulu sering terpilih jadi juru kampanye Golkar dan agenda pemerintah lainnya :D), aktif di gereja sampai aku sering nangis di setiap kamis malam karena Ibuku selalu pergi partangiangan (kebaktian malam di rumah anggota jemaat secara bergiliran), dan aktif berjualan.
Kalau aku disuruh menggambarkan Ibuku maka yang pertama kali kukatakan adalah Ibuku seorang guru SMP Negeri yang cukup terkenal didesaku, pintar mengajar sampai teman-teman kakaku yang sudah lulus puluhan tahun masih bisa menirukan gaya ibuku dalam mengajar khususnya caranya mengajar sejarah dan ingat kata-katanya yang fenomenal yaitu "tep mai ale..." (sesudah itu saudara...)
Berbagai bidang studi pernah diajarkannya. Bahasa Indonesia, Sejarah, IPS sampai PKK.
Ketika aku SD ada pantun teka-teki dalam buku bahasa Indonesia, yang bertanya "buah apa tidak bertangkai?"
Ibu guruku ga tau jawabannya dan bilang akan dijawab minggu depan.
Sampai di rumah aku bertanya ke Ibuku, "buah apa tidak bertangkai?" Ibu menjawab "kau"
aku heran sekali, "aku? aku kan bukan buah?" lalu ibuku jawab "buah hati yang tidak bertangkai, kau adalah buah hatiku"
Itu terjadi hampir 20 tahun yang lalu tapi aku sangat ingat setiap detail kejadiannya karena saat itu aku sangat bangga pada ibuku, yang bisa menjawab pertanyaan tanpa melihat buku, pertanyaan yang ibu guruku ga bisa jawab dan aku sangat bahagia karena aku buah hatinya.
Kemudian aku juga akan menggambarkannya sebagai istri yang baik dan sangat dicintai suaminya. Meskipun Bapak dan Ibuku berpisah kota cukup lama karena Bapakku berpindah-pindah kerja dari satu kota ke kota lain, aku mengamati bahwa Bapakku selalu menceritakan begitu banyak hal ke ibuku ketika pertama kali mereka bertemu kembali. Dan meskipun mereka lama berpisah kota, sampai saat ini kami tidak pernah tau Bapaku mencintai perempuan lain selain Ibuku (Ini sih kehebatan Bapak kali ya hehehe...)
Ibuku adalah ibu dari 5 anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Hanya 6 orang yang berhasil jadi sarjana, karena yang dua memutuskan untuk tidak menyelesaikan kuliahnya. Dan sekarang Ibuku menjadi nenek dari 15 cucu. Masakannya sangat sederhana tapi diingat anak-anaknya sampai menantunya. Menantunya bilang kalau inang (Ibu) yang masak, bawang cuma dibelah dua aja enak sekali rasanya. Dan moment yang paling kusenangi bersamanya adalah, ketika hendak tidur dia selalu membuat perbincangan dulu baik yang serius atau hanya sekedar omong kosong.
Desember lalu, aku dan seorang kakaku berbincang-bincang dengan Ibuku menjelang tidur, beberapa hari sebelum pernikahanku. Dengan PD-nya karena aku boru siampudan-nya (putri bungsu-red) dan karena aku memang merasa demikian, aku berkata, "kurasa yang paling kau cintai dari kami semua anak-anakmu, aku ya mom...aku kan paling nggak pernah ngerepotin"
Dan Ibuku menjawab, "Enggak ah...masing-masing kalian memiliki tempat dihatiku. Kau enggak pernah ngerepotin tapi nggak pernah gunting kukuku. Si Upa (kakaku-red) selalu bikin kukuku bersih, spreiku diganti dan dicuci. Mak Hilda, mau mijitin. Macam-macamlah...Semua kalian punya kelebihan dan kekurangan masing-masing dan semua kucintai"
Aku sangat kagum dengan jawaban Ibuku meskipun diam-diam aku tetap merasa aku lebih dicintainya, dan kakaku juga ternyata merasa dia yang paling dicintai. Ibuku selalu mampu membuat kami semua merasa orang yang paling istimewa dalam hidupnya.
Kemudian, Ibuku juga seorang pedagang pakaian.
Sejak aku kecil aku ingat ibuku berjualan pakaian setiap Rabu dipasar (fyi, dulu di kampungku hanya hari Rabu pasar yang besar hari-hari lain hanya pasar kecil aja). Pada hari rabu Ibuku hanya mengajar 2 les (2 pertemuan) sehingga bisa cepat ke pasar untuk berjualan. Dan kami bersaudara secara berturut-turut bantuin Ibu. Kalau kaka yang satu udah lulus dan harus kuliah ke kota lain, maka adik dibawahnya yang membantu Ibu. Dan sampai sekarang giliran itu sudah sampai ke cucunya. Untuk hal inilah aku melihat betapa ternyata istimewanya Ibuku ini.
Ibu berdagang untuk menopang kehidupan kami karena Ibu dan Bapak cuma PNS yang ga mungkin membiayai 8 orang anak. Dan karena Ibuku berdagang, Bapakku juga bisa bekerja dengan idealismenya karena secara finansial dagangan Ibuku bisa menopang kehidupan kami. Ibuku seorang yang persistent hampir tiap minggu belanja ke kota Siantar pulang pergi dalam satu hari, hanya untuk menyediakan barang-barang dagangannya. Dan itu masih dilakukannya sampai sekarang diusianya yang ke 74 tahun.
Dulu aku merasa semua yang dilakukan Ibuku hal yang biasa-biasa saja. Sampai aku kuliah di Fakultas Ekonomi, belajar bisnis dan akhirnya aku menjadi dosen bisnis, baru aku menyadari betapa sebenarnya Ibuku bukan hanya seorang pedagang pakaian tetapi seorang "entrepreneur" handal.
Beberapa perbincanganku dengan ibuku memberi kesan yang sangat dalam padaku betapa sebenarnya Ibuku sangat hebat hingga dagangannya berkembang jadi toko serba ada setelah dia pensiun.
Suatu waktu dia bercerita, kalau kenaikan kelas kayak gini (bulan Juli-red; dimana anak-anak lulusan SMP di desa-desa di samosir akan sekolah ke kota lain khususnya Pangururan, karena SMAN saat itu hanya ada di kota kami di Pangururan) bukan hanya seragam yang kita tawarkan tetapi juga handuk karena anak-anak sekolahan akan kost, jadi mereka juga butuh handuk. Bukan kah itu dalam istilah bisnis yang dikatakan "Market Sensitivity?"
Kala lain, ketika aku menemani Ibu Belanja di Siantar, aku yang pengen cepat-cepat selesai belanja dan pulang marah karena Ibuku memilih barang dagangannya sangat telaten. Ibu bilang "kita harus memilih yang terbaik, biar pembeli kita mendapat yang terbaik" bukankah itu yang disebut "total quality" dalam arti sederhana?
Dan kalau ada yang meminta Ibu untuk tidak berjualan hari rabu, maka Ibu akan menjawab, "kasihan langgananku kalau mereka nyari, aku nggak ada." sip...menurutku itu adalah konsep "customer first" :D
Nah Bulan Desember lalu, ketika aku akan menikah, kami berbincang-bincang mengenai terbatasnya gedung pernikahan di kota Surabaya untuk orang Batak. Lalu muncul ide untuk bikin gedung pernikahan yang dananya dari kakaku yang di Jerman. Ibuku lalu bilang, "jangan asal bikin gedung pertemuan, tapi tentukan dulu apa bedanya gedung yang akan kalian bangun dengan gedung yang sudah ada." Aku benar-benar terpesona, bukankah itu pemahaman "Differentiation" yang selalu kuajarkan pada mahasiswa-mahasiswaku?
Duh, hebatnya Ibuku... jauh-jauh aku berguru kepada Michael Potter, Philp Kottler dan kawan-kawan...ternyata kearifan itu ada pada Ibuku tercinta, aku hanya harus cukup jeli mendengarkannya saja :D
Selamat hari Kartini untuk semua perempuan-perempuan hebat Indonesia dan teristimewa untuk Ibuku tercinta, Ibu P. Sigalingging
I Love You much mom...
Wednesday, April 15, 2009
So Simple...
Tadi malam dengar berita di MetroTV beberapa artis yang jadi caleg mungkin bisa melenggang ke senayan.
alah satunya adalah Vena Melinda yang kemudian berjanji akan mengajari ibui-ibu di Indonesia menari salsa.
Ouch...Apakah ibu-ibu di Indonesia sungguh-sungguh membutuhkan Salsa?
Kalaupun butuh, apakah perlu seorang anggota DPR untuk memasyarakatkan salsa di Indonesia?
Bukankah trainer salsa atau entertainer lebih efektif untuk memasyarakatkannya?
Apakah Salsa terlalu sederhana untuk menjadi program seorang DPR, atau kapasitas anggota DPR tersebut yang terlalu sederhana?
"mungkin" hanya demokrat yang tau jawabannya.
alah satunya adalah Vena Melinda yang kemudian berjanji akan mengajari ibui-ibu di Indonesia menari salsa.
Ouch...Apakah ibu-ibu di Indonesia sungguh-sungguh membutuhkan Salsa?
Kalaupun butuh, apakah perlu seorang anggota DPR untuk memasyarakatkan salsa di Indonesia?
Bukankah trainer salsa atau entertainer lebih efektif untuk memasyarakatkannya?
Apakah Salsa terlalu sederhana untuk menjadi program seorang DPR, atau kapasitas anggota DPR tersebut yang terlalu sederhana?
"mungkin" hanya demokrat yang tau jawabannya.
Monday, April 13, 2009
Happy Belated Easter...
Walaupun terlambat, saya mau mengucapkan Selamat Paskah kepada semua saudara-saudara.
Semoga kebangkitan Yesus selalu mengingatkan kita bahwa kita adalah bangsa pemenang.
Jadi walaupun banyak kegagalan yang kita hadapi, semoga kita tetap mengingat dan mengimani bahwa kita adalah pemenang bersama Yesus Kristus.
Secara khusus kepada para Caleg yang merasa kalah (meskipun belum ada keputusan final dari KPU), semoga diberi kekuatan oleh Tuhan untuk tetap mampu berdiri teguh menjalani kehidupan kedepan penuh dengan sukacita dan pengharapan. Seperti kata Abangku yang jadi Caleg dari PDIP di Kab Samosir "Pileg bukan akhir dari dunia, kita harus tetap bangkit sebagaimana Yesus telah bangkit dari maut untuk memenangkan kita"
Betapa bahagianya aku memiliki abang yang satria :D
fyi, abangku masih berada pada posisi 2 dengan jumlah suara 300an. Tapi yang membanggakan adalah dia tetap asyik aje kayak di pantai hehe...
Betapa miris hati ini mendengar berita:
Ada Caleg yang meninggal di Bali, setelah tau jumlah pendukungnya
Ada yang sudah konsultasi ke RSJ di Solo
Ada yang meminta kembali TV pemberiannya kembali di Ternate,
Ada yang meminta uangnya dikembalikan di Aceh,
Ada yang menahan suara tidak dilaporkan oleh saksi Caleg di Samosir entah untuk tujuan apa.
Semoga apapun hasil dari Pileg kemarin kita tetap Hidup dalam sukacita dan perdamaian dengan semua orang.
Semoga kebangkitan Yesus selalu mengingatkan kita bahwa kita adalah bangsa pemenang.
Jadi walaupun banyak kegagalan yang kita hadapi, semoga kita tetap mengingat dan mengimani bahwa kita adalah pemenang bersama Yesus Kristus.
Secara khusus kepada para Caleg yang merasa kalah (meskipun belum ada keputusan final dari KPU), semoga diberi kekuatan oleh Tuhan untuk tetap mampu berdiri teguh menjalani kehidupan kedepan penuh dengan sukacita dan pengharapan. Seperti kata Abangku yang jadi Caleg dari PDIP di Kab Samosir "Pileg bukan akhir dari dunia, kita harus tetap bangkit sebagaimana Yesus telah bangkit dari maut untuk memenangkan kita"
Betapa bahagianya aku memiliki abang yang satria :D
fyi, abangku masih berada pada posisi 2 dengan jumlah suara 300an. Tapi yang membanggakan adalah dia tetap asyik aje kayak di pantai hehe...
Betapa miris hati ini mendengar berita:
Ada Caleg yang meninggal di Bali, setelah tau jumlah pendukungnya
Ada yang sudah konsultasi ke RSJ di Solo
Ada yang meminta kembali TV pemberiannya kembali di Ternate,
Ada yang meminta uangnya dikembalikan di Aceh,
Ada yang menahan suara tidak dilaporkan oleh saksi Caleg di Samosir entah untuk tujuan apa.
Semoga apapun hasil dari Pileg kemarin kita tetap Hidup dalam sukacita dan perdamaian dengan semua orang.
Thursday, April 02, 2009
Catch You
Sodara-sodara yang kemarin (tgl 1 april 2009) ketipu dengan postingan saya, saya minta maaf :-)
sebenarnya saya ga 100% melakukan tindakan penipuan karena dibawah tulisan itu, saya tulis "another kind of April Foolish Game" dengan font yg kecil dan warna pink. Jadi,... yah memang agak2 tidak kelihatan hehehe...
Anyway, asyik juga mengetahui reaksi orang-orang dengan postinganku :D
Ada yang saking bahagianya jadi ikutan menangis, ada yang langsung telepon dan mengatakan bahwa aku adalah orang yang sangat diberkati dan kesayangan Tuhan (amin...), ada yang datang secara khusus ke ruangan untuk menyampaikan selamat hehehe....
Nito secara khusus bilang "3 hal, dalam waktu yang bersamaan? Memang kamu itu selalu bikin aku sirik mellllllllll"
Hehehee....
Asyik banget dah pokoknya :D
Akhirnya, "I am So Happy :D" jadi kenyataan. Aku bahagia dengan reaksi teman2 dan saudara2ku :D
Akhirnya,
jangan keki ya sodara-sodara...
Doakan aku mendapatkan ketiga hal itu biar kebahagian kita lebih sempurna.
Yuk ah....
sebenarnya saya ga 100% melakukan tindakan penipuan karena dibawah tulisan itu, saya tulis "another kind of April Foolish Game" dengan font yg kecil dan warna pink. Jadi,... yah memang agak2 tidak kelihatan hehehe...
Anyway, asyik juga mengetahui reaksi orang-orang dengan postinganku :D
Ada yang saking bahagianya jadi ikutan menangis, ada yang langsung telepon dan mengatakan bahwa aku adalah orang yang sangat diberkati dan kesayangan Tuhan (amin...), ada yang datang secara khusus ke ruangan untuk menyampaikan selamat hehehe....
Nito secara khusus bilang "3 hal, dalam waktu yang bersamaan? Memang kamu itu selalu bikin aku sirik mellllllllll"
Hehehee....
Asyik banget dah pokoknya :D
Akhirnya, "I am So Happy :D" jadi kenyataan. Aku bahagia dengan reaksi teman2 dan saudara2ku :D
Akhirnya,
jangan keki ya sodara-sodara...
Doakan aku mendapatkan ketiga hal itu biar kebahagian kita lebih sempurna.
Yuk ah....
Wednesday, April 01, 2009
I am so.................Happy :D
Kemarin aku ambil cuti untuk deal pemberian rumah...
Tadi pagi test pack eh positif,
Trus baru aja dapat telepon bahwa aplikasiku ke UNAIR untuk kuliah S3, diterima dengan status "Full Scholarship"
Kurang bahagia apa coba?
Another kindof April Foolish Game :D
Tadi pagi test pack eh positif,
Trus baru aja dapat telepon bahwa aplikasiku ke UNAIR untuk kuliah S3, diterima dengan status "Full Scholarship"
Kurang bahagia apa coba?
Another kindof April Foolish Game :D
Subscribe to:
Posts (Atom)