Wednesday, June 13, 2012

5 Tahun dan Masih Suka....

13 Juni 2007  yang lalu, pertama sekali ke Universitas Ciputra sebagai dosen di International Business Management (IBM).
Kedatanganku penuh dengan semangat yang tinggi untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Sebelumnya aku sudah datang 3 untuk melewati serangkaian tes mulai dari psikotest, interview dengan dekan Fakultas Ekonomi sampai direktur akademik terlewati dengan mulus.
Memang kalau sudah jodoh takkan kemana, prosesnya sangat cepat dan tepat.
2 universitas swasta yang lebih dahulu meminangku (1 di Batam dan 1 lagi di Malang) terpaksa kukirimi surat pengunduran diri (belum bergabung sudah mengundurkan diri) wkwkwkwk....
Bahkan tawaran masih datang dari salah satu universitas swasta besar di surabaya ketika aku mengajar Marketing (kelas pertamaku) dan juga dari UNESCO untuk ditempatkan di Aceh dengan gaji yang mendebarkan jantung.

Tapi entah mengapa, seperti digerakkan oleh invisible hand (hallah) aku memutuskan tetap di IBM universitas Ciputra.
Terus terang banyak "keterkejutan" yang aku alami saat masuk di Universitas ini.
Ada yang mengatakan, seseorang akan mengajar sebagaimana dia dulu diajar.
Hm... menarik...
Aku dididik dengan cara UGM yang sangat ilmiah, akademis dan memiliki pola berpikir yang sistematis, tentu saja agak kaget kalau harus mengajarkan mahasiswaku untuk menjadi entrepreneur, yang mana pola2ku dulu belajar tidak begitu applied disini.
Sebut saja, berpikir sistematis sering sekali dianggap sebagai musuhnya berpikir kreatif. Dan untuk memampukan orang lain menjadi entrepreneur tentu saja berpikir kreatif merupakan suatu keharusan.
Menyederhanakan hal-hal yang rumit dari teori-teori tentu saja bukan pekerjaan yang mudah, dan itu harus dilakukan agar para calon entrepreneur ini tidak harus menelan teori-teori yang hanya membebani otak yang kadang kala tidak terlalu penting.
Mengajarkan mereka untuk sensitif terhadap peluang, sudah barang tentu tidak mungkin dicapai dengan membaca berbagai buku teks. Namun mengajarkan mereka supaya sensitif terhadap kondisi di luar diri mereka menjadi suatu hal yang lebih tepat. 
Dengan kata lain, ketika kita ingin mengajarkan entrepreneurship maka ranah afektif harus lebih diisi daripada sekedar mengisi kognitifnya.

Diawal-awal aku terbanting-banting mengubah caraku mengajar agar jangan mengimitasi caraku diajar dahulu. 
Susah? Tentu saja?
Mundur? TENTU TIDAK....
Visi untuk "creating world class entrepreneurs" sangat menantang menantang bagiku.
Tapi bukan karena semata-mata tantangan itu yang membuatku bergairah.
Kontribusi entrepreneur dalam perekonomian suatu bangsa sudah jelas signifikansinya.
Daripada menjadi sarjana yang menunggu peluang kerja yang diciptakan oleh orang lain, mengapa tidak menjadi sarjana yang menciptakan lapangan kerja?
Sebagaimana dikatakan Landes (1998) bahwa:
"The wealth and poverty of developing countries has been linked in modern times to the entrepreneurial nature of their economies"
Artinya kenapa satu negara bergerak maju biasa-biasa saja sedangkan negara lain bergerak maju dengan pesat seakan melompat tinggi? 
Ke-entrepreneur-anlah jawabannya.
Untuk Indonesia yang lebih baik, tentu saja saya harus ikut ambil bagian menjadi seseorang yang memampukan orang lain (entrepreneur enabler) menjadi seorang entrepreneur.

Hari ini  13 Juni 2012,
Hari ke 1825 bagiku masuk ke Universitas Ciputra.
Masih dengan gairah yang sama seperti pertama kali datang kesini.
5 tahun, dan aku masih suka....




No comments: