Minggu kedua, aku harus catet harus mendampingi mahasiswa training leadership di pusdiklat brimop watukosek.
Mahasiswa yang ikut tahun ini lebih "gagah" dari tahun lalu :D
kalau tahun lalu ada mahasiswa yang pengen pulang karena pelatihannya terlalu sangar dan tempatnya jorok maka tahun ini mahasiswa tak satupun yang minta pulang.
Jadi beban yang berat sebagai dosen pendamping berkurang.
Benar2 kami mendampingi kegiatan aja, ga perlu jadi baby sitter.
Peran baby sitter hanya ketika mahasiswa pengen "dimanja" dikit2, dan itupun cukup wajar, secara pelatihan ini cukup berat bagi mereka.
Minggu ketiga, tepatnya mulai senin lalu, giliran aku yang training.
Training Applied Approach yang merupakan lanjutan training Pekerti.
Tahun ini instrukturnya dari ITS, contoh2nya banyak dari mata kuliah teknik.
Tapi secara instrukturnya ok dan pesertanya juga ok *kayak gue gitu* narsis mode ON :D, maka acaranya berjalan sukses.
Pelatihannya ga tanggung-tanggung dari jam 08 pagi sampai jam 10 malam. Breaknya hanya ketika makan saja, cape deh...
Tugasnya banyakkkkkkkkkkkkkkkkkk banget...
Belum lagi terima telepon2 mahasiswa yang gugup karena dosen pembimbing akademiknya ini ga ada di kampus padahal mereka pengen konsultasi.
Lengkaplah sudah bebanku :(
Dan mengingat minggu depan aku masih banyak pekerjaan, bahkan menyiapkan materi ajar pun belum mulai maka aku berusaha keras untuk menyelesaikan tugasku disini pada saat pelatihan ini. Dan syukurlah semua tugasku sudah tuntas...tas...tas...
Untung venue-nya ok punya.
Hotel Senyiur Prigen cukup mendukung untuk bekerja terus menerus, wifi juga tersedia.
So, thx to the organizers...
Trus...
Minggu depan, selama seminggu... catet seminggu, aku akan mendampingi mahasiswa yang akan skripski ke markasnya Marinir untuk mengikuti training leadership advance.
Duh.......
Dosen memang panggilan hidupku (menurutku),
dan sejak aku kuliah S1, ketika aku memikirkan kehidupan karirku dimasa yang akan datang, maka bayangku adalah "berdiri di depan kelas berdiskusi dengan mahasiswa"
saat itu aku tidak pernah membayangkan hal-hal teknis seperti ini.
Ketika aku sudah dosen tapi belum menikah, yang mana itu hanya satu setegah tahun, hal-hal begini tidak terlalu mengganggu bagiku.
Sekarang, hal-hal seperti ini sangat mengganggu bagiku, karena selain seorang dosen aku juga seorang istri, yang mana sangat tidak nyaman rasanya bagiku menyadari suamiku tinggal di rumah sendirian dan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Meskipun sebenarnya suamiku bukan laki-laki yang cengeng.
Dia sangat mandiri dan 100% mendukung kegiatanku. Tapi rasa tidak nyaman itu muncul sendiri dari dalam diriku.
Cape deh...
Positifnya adalah, sekarang aku selalu berusaha mengisi waktu yang kulalui dengan lebih baik.
Sekarang, aku sangat jarang membawa pekerjaan ke rumah (kecuali benar-benar perlu)
Di rumah adalah waktu menikmati rumah dan pengisinya,
Di kampus adalah tempat bekerja,
Ketika bertemu teman-teman aku benar-benar menikmati pertemuan itu,
waktu menelepon ibu menjadi sangat nikmat,
dan ketika ada waktu luang untuk ngeblog maka akupun nge-blog :D
Benar adanya kata pengkhotbah 3 bahwa untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya...
dan waktu untuk mencintai adalah setiap detik...
I love You sweetheart ;-)