Gambar diatas adalah gambar abang saya yang kembali mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Kab. Samosir, Dapim 1 (Kec Pangururan, Simanindo dan Ronggurni Huta).
Periode yang lalu, dia sudah menjadi anggota legislatif di Kab. yang sama dari Dapim yang sama dan dari Partai yang sama. Tidak seperti para politisi gadungan yang sering muncul akhir-akhir ini, dimana untuk mendapatkan posisi kunci (nomor 1-red :P) mereka rela berganti daerah pemilihan bahkan berganti partai, abangku ini sudah sejak jaman kuliah tahun 80-an menjadi orang PDIP (sebelumnya PDI). Walaupun dia sudah malang melintang jadi politisi di PDIP, namun baru pada periode yang lalu dia jadi anggota legislatif. Bukan karena dia tidak ahli, tapi seperti yang kita tau bersama, sering sekali permainan di daerah tidak fair.
Untungnya, sekarang nomor urut tidak lagi patokan untuk bisa lolos menjadi anggota DPRD/DPR. Diperlukan kerja keras dan kerja nyata seorang caleg, agar dipilih oleh rakyat. Disatu sisi memilih sosok merupakan angin segar bagi orang yang memiliki kapabilitas yang OK sehingga dia tidak harus ikut dalam proses jual beli nomor urut yang kadang menguras ratusan juta rupiah yang ujung-ujungnya akan membuat si caleg mencari segala cara, agar dana yg sudah digunakan untuk kampanye bisa BEP (Break Event Point) sebelum masa kerja selesai, jika dia terpilih. Akhirnya, Partai tidak lagi bisa semena-mena memasukkan orang yang diimpor dari negeri antah berantah untuk menjadi caleg pada satu daerah atau meminta "urunan" pada para caleg dengan iming-iming nomor urut. Mau tidak mau, para caleg harus menjual "nilai diri"-nya agar dipilih oleh rakyat.
Cara pemilihan dengan memilih orang ini, menguntungkan bagi peningkatan sumberdaya manusia di Partai. Mau tidak mau partai akan membenahi calegnya kalau ingin partainya menang. Jadi mekanisme ini akan membuat partai memilih orang-orang yang memiliki kualitas untuk dijadikan kadernya. Tidak lagi sembarangan orang bisa menjadi caleg, karena sedikitnya si caleg harus punya konsep yang jelas agar bisa menawarkan at least dirinya sendiri untuk dipilih, yang untung2 bisa memberi kontribusi bagi partai dan negara. Meskipun memang untuk awal-awal ini kekuatan uang bisa memenangkan seseorang yang bahkan tidak lulus SMA jadi anggota DPRD/DPR. Namun menurutku, ini hanya pada beberapa periode saja. Tahun-tahun selanjutnya kapabilitas si caleg akan menjadi yang utama.
Abangku ini, salah seorang yang punya konsep yang jelas untuk masa bakti yang akan datang, dimana pada periode yang lalu sudah dibuktikan. Dia secara konsisten berjuang untuk meningkatkan mutu PENDIDIKAN di wilayah Samosir.
Mengembalikan kejayaan dan filosofi Orang tua Batak yang menganggap Anak adalah Kekayaan Orang tua (Anakhon hi do hamoraon di au.)
Orangtua Batak bekerja keras bukan untuk kekayaan materi atau kemahsyuran atau kehormatan tapi untuk menyekolahkan anaknya. Bukit didaki, lembah dituruni semua hanya agar sang anak bisa sekolah atau mengkases pendidikan. Kata-kata dalam lagu "Anakhon hi do hamoraoan di Au" itu bukan hanya sekedar romantisme dari orang tua Batak, tapi merupakan sebuah tekad yang kuat untuk melakukan segala cara untuk kemajuan Anak-anaknya.
Oleh karena itu, bagi para pembaca yang memiliki kepedulian atas kemajuan Pulau Samosir tercinta, mari kita Dukung Caleg No. 4 PDIP (Drs. Ganda Tambunan) untuk membantu kita memfasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan di Pulau Samosir.
Anak Guru, Suami Guru, PEDULI PENDIDIKAN...
HORAS...HORAS...HORAS...
Untungnya, sekarang nomor urut tidak lagi patokan untuk bisa lolos menjadi anggota DPRD/DPR. Diperlukan kerja keras dan kerja nyata seorang caleg, agar dipilih oleh rakyat. Disatu sisi memilih sosok merupakan angin segar bagi orang yang memiliki kapabilitas yang OK sehingga dia tidak harus ikut dalam proses jual beli nomor urut yang kadang menguras ratusan juta rupiah yang ujung-ujungnya akan membuat si caleg mencari segala cara, agar dana yg sudah digunakan untuk kampanye bisa BEP (Break Event Point) sebelum masa kerja selesai, jika dia terpilih. Akhirnya, Partai tidak lagi bisa semena-mena memasukkan orang yang diimpor dari negeri antah berantah untuk menjadi caleg pada satu daerah atau meminta "urunan" pada para caleg dengan iming-iming nomor urut. Mau tidak mau, para caleg harus menjual "nilai diri"-nya agar dipilih oleh rakyat.
Cara pemilihan dengan memilih orang ini, menguntungkan bagi peningkatan sumberdaya manusia di Partai. Mau tidak mau partai akan membenahi calegnya kalau ingin partainya menang. Jadi mekanisme ini akan membuat partai memilih orang-orang yang memiliki kualitas untuk dijadikan kadernya. Tidak lagi sembarangan orang bisa menjadi caleg, karena sedikitnya si caleg harus punya konsep yang jelas agar bisa menawarkan at least dirinya sendiri untuk dipilih, yang untung2 bisa memberi kontribusi bagi partai dan negara. Meskipun memang untuk awal-awal ini kekuatan uang bisa memenangkan seseorang yang bahkan tidak lulus SMA jadi anggota DPRD/DPR. Namun menurutku, ini hanya pada beberapa periode saja. Tahun-tahun selanjutnya kapabilitas si caleg akan menjadi yang utama.
Abangku ini, salah seorang yang punya konsep yang jelas untuk masa bakti yang akan datang, dimana pada periode yang lalu sudah dibuktikan. Dia secara konsisten berjuang untuk meningkatkan mutu PENDIDIKAN di wilayah Samosir.
Mengembalikan kejayaan dan filosofi Orang tua Batak yang menganggap Anak adalah Kekayaan Orang tua (Anakhon hi do hamoraon di au.)
Orangtua Batak bekerja keras bukan untuk kekayaan materi atau kemahsyuran atau kehormatan tapi untuk menyekolahkan anaknya. Bukit didaki, lembah dituruni semua hanya agar sang anak bisa sekolah atau mengkases pendidikan. Kata-kata dalam lagu "Anakhon hi do hamoraoan di Au" itu bukan hanya sekedar romantisme dari orang tua Batak, tapi merupakan sebuah tekad yang kuat untuk melakukan segala cara untuk kemajuan Anak-anaknya.
Oleh karena itu, bagi para pembaca yang memiliki kepedulian atas kemajuan Pulau Samosir tercinta, mari kita Dukung Caleg No. 4 PDIP (Drs. Ganda Tambunan) untuk membantu kita memfasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan di Pulau Samosir.
Anak Guru, Suami Guru, PEDULI PENDIDIKAN...
HORAS...HORAS...HORAS...