Seminggu sebelum lebaran lalu, PRT kami mbak Lasmi dan si nenek pulang ke rumah mereka masing-masing di Madiun. Aku berangkatkan mereka dengan parsel ala kadarnya, THR dan beberapa baju bekas yang masih layak pakai mulai dari baju anak-anak, bajuku, baju suami juga baju dan sepatu baru untuk anaknya.
Lalu aku bertanya ke mereka ber-2 kapan akan kembali? Mereka jawab "Belum tau bu....nanti tanya dulu suami dan anak-anak boleh atau tidak kesini lagi"
Tentu saja jawaban itu bikin aku BT, persis Desember lalu saat mbak Lasmi pulang madiun, dan ketika ditanya kapan mau balik jawabnya sama: "Belum tau bu...".
Benar saja di bulan Desember dia ga balik karena katanya mau ngerjain hal lain di rumah. Jadilah saat itu, aku kucar-kacir mana harus kuliah lagi ke Malaysia, akhirnya anak-anak aku titip di rumah kakakku di Depok. Tapi saat Januari akhir lalu, dia minta kembali lagi ke rumah kami. Karena saat itu butuh banget aku terima kembali kehadiran si mbak Lasmi ini. Lalu kejadian itu terulang lagi lebaran lalu sebelum pulang kampung dia menjawab hal yang sama.
Kembali aku panik, dan pusing tujuh keliling karena pada tanggal 20 agustus aku harus ke Malaysia lagi untuk urusan kuliahku. Saat itu, aku merayu dia untuk kembali ke rumah kami mulai dari rayuan pulau kelapa alias pendekatan kekeluargaan sampai rayuan pulai tahiti atau pendekatan ekonomi bahwa aku akan kasih bonus kalau balik lagi ke rumah paling lambat tanggal 19 Agustus. Jawabnya tetap "Belum tau bu...."
Rasanya dongkol minta ampun pada sikapnya yang tidak bisa diajak bekerja sama itu, sementara akupun tau dia juga sebenarnya membutuhkan kami dan betah tinggal bersama kami. Karena frustrasi, lalu aku bilang: "Kalau mbak ga datang tanggal 19, jangan harap kembali kesini lagi ya." Lalu dia terdiam.
Akhirnya aku melewati libur lebaran selama 10 hari sebagai single fighter mengasuh anak-anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga. Untung suamiku sangat baik membantuku, sampai bela2in cuti bergantian saat waktu kerja sudah tiba dan belum ada yang mengasuh anak-anak. Akhirnya sebelum berangkat ke Malaysia aku meminta tolong ponakanku yg cantik-cantik yaitu Iren yang kuliah di Unpad dan Hilda yang kuliah di STT Telkom untuk menjaga anak-anak. Untung mereka bersedia dan anak-anak juga cepat menerima dengan mereka. Bloods do speak!
Sejak minggu 18 agustus, mbak lasmi sudah mulai sms aku bilang bahwa dia rindu Angelo dan Alvaro. Lalu sms lagi bilang mau berangkat ke dabudi (bilang abu dhabi) dengan gaji 2,5jt, lalu bilang banyak yang nawarin kerjaan ke dia, tapi rasanya dia udah cocok banget sama ibu dan bapak (bilang saya dan suami) dan kangen sama anak-anak.
Aku dong...mulai senang tapi agak bergaya dikit, aku jawab dengan sok ga butuh.
Lalu mulailah dia dengan trik baru bilang bahwa anaknya butuh duit untuk bayar seragam sekolah SMP (aku mulai terenyuh) tapi tetap aku jawab melalui sms bahwa aku ga bisa bantu. Sampai di selasa pagi saat di bandara menuju Malay, dia masih berusaha sms aku dengan bilang terus terang pengen kembali ke rumah kami. Tak lupa dia bilang bahwa sudah ada 2 tawaran kerja dari orang lain tapi dia merasa pengen kembali ke rumah kami karena dia merasa cocok dengan kami. Tak lupa dia bilang di sms, maaf karena kemarin itu benar-benar khilaf dan bla...bla..bla...
Aku mulai terenyuh (dan butuh juga sih), lalu aku jawab bahwa aku ga bisa sms-an lagi karena mau ke Malaysia. Ternyata dia ga menyerah, mulai sms-an dengan suamiku dan minta diijinkan kembali bekerja di rumah kami :D
Sms-an berlangsung selama seminggu, sampai akhirnya Jumat lalu dia bilang dia punya saudara bernama partini yang mau diajak kerja ke rumah kami.
Hm....Rasanya sayang kalau nolak (secara pencarian kami ke beberapa yayasan belum berhasil dan minta tolong dicariin teman2 juga belum ada titik terang), mulailah pendirianku bergeser wkwkwkwk....
Diskusi dengan suami mulai melonggar, peluang menerima lasmi kembali mulai muncul ke permukaan. Secara selain dia butuh duit, kita juga butuh dia, meskipun keterampilannya tidak OK banget tapi kebaikannya terhadap anak-anak sudah teruji.
Lalu bagaimana dengan ucapanku yang mengatakan kalau ga datang 19 ga usah datang lagi? Rasanya kalau sampai aku menerima dia kembali, aku menurunkan standard profesionalitasku, kikikik.....Bukankah harusnya dia yg ku upgrade ke standarku?
Lalu aku ingat kata-kata ibuku dulu waktu aku complaint masalah Erni, pembantu pertamaku karena sangat sulit diajak memahami perintah dan tidak bisa multi tasking. "kalau dia mudah memahami perintah dan dia multi tasking maka kemungkinan besar dia tidak akan menjadi pembantu"
Duile....benar juga ya, kalau mbak lasmi bisa pada standard profesional seperti aku, mungkin dia juga ga akan jadi pembantu kali ya...
Ya sutralah, sabtu minggu aku bbm-an secara intens dengan suami. Mempertimbangkan plus minus kalau menerima kembali si mbak Lasmi di rumah kami, baik dari sisi kepentingan kami maupun dari sisi kepentingan dia.
Keputusan kami akhirnya, tadi siang dapat bbm dari suami melaporkan bahwa mbak lasmi dan saudaranya bernama Partini sudah dijemput di bungurasih dan sekarang sudah di rumah kami.
Apalagi yang harus aku bilang selain, welcome home-lah mbak Las, nanti kalau aku sudah di rumah, aku akan memberikan training 5 jam masalah profesionalisme wkwkwkkw.....
Meskipun kamu tidak profesional, bisa membuat perasaanku merasa lega senin depan ke kampus tanpa harus bingung dengan kondisi anak-anakku. Baiklah...
Thanks God, for everything...