Tanggal 29 Mei 2009 tepat pada hari Jumat, Bapakku St. A.B. Tambunan (Op. Bopas Doli) meninggal dalam damai sejahtera seperti yang diceritakan Ibuku kepada kami.
Dipagi hari itu, jam 5, ketika ibu bangun, dia melihat Bapak duduk di tempat tidur dengan sikap berdoa. Ketika ibuku menyapa untuk bertanya mau sarapan apa, Bapak Terjatuh kebelakang (ke tempat tidur) sehingga posisinya seperti tidur lagi. Lalu ibuku, berusaha mendudukannya lagi.
Setelah didudukan, Ibu pergi kedapur dan menyalakan kompor. Tetapi ketika Ibu kembali ke kamar, Bapak sudah jatuh lagi dan mengakhiri hidupnya.
Ibuku,...
dia sangat tegar dan kuat. Dia masih sempat kembali ke dapur dan mematikan kompor yang sudah dinyalakan, kemudian berdoa memohon kekuatan, dan kemudian membersihkan ayahku sendirian, memakaikan pakaian kesukaan ayahku, yaitu kemeja putih dari kakaku marturia, jas biru tua dari helanya (menantu) Pdt. S. Simanjuntak dan dasi motif batik yang dulu kubelikan dari Yogya. Pakaian tersebut adalah pakaian kebanggaan Bapakku, yang selalu dikenakan pada peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya. Dari wisuda anak-anak, hari Natal, pernikahan anak-anaknya pun setelan tersebut selalu menjadi pilihannya.
Pada pernikahanku pun Bapak ingin memakai setelan tersebut, namun ibuku membujuknya untuk memakai setelan baru yang sudah kusiapkan.
Setelah selesai membereskan Bapak, barulah ibuku menangis.
Ketika kami anak-anaknya hadir, Bapak seperti sedang tidur, hanya Bunga diatas jenazahnya yang membuatku tersadar bahwa dia sudah meninggal.
Bapakku yang tercinta, dia tidak meninggalkan firasat apapun pada semua kami anak cucunya, bahkan kepada kekasih hatinya sendiri yaitu ibuku.
Dia, menghadap Tuhannya dengan tulus dan iklas.
Tidak membebankan apapun kepada kami dan tidak menjanjikan apa-apa.
Bahkan ketika aku bercerita kepadanya bahwa kami sudah membeli rumah, dia tidak berjanji akan datang pada acara "marmasuk jabu" (memasuki rumah baru) kami.
Sesuatu yang membuatku saat itu sangat heran. Karena tidak biasanya Bapakku seperti itu. Dia selalu hadir dalam setiap peristiwa penting kehidupan kami anak-anaknya.
Dan biasanya 3 bulan sebelum peristiwa penting tersebut, pasti bapak akan menelepon setiap hari untuk memastikan kedatangannya. Tapi kali ini dia tidak berjanji apa-apa.
Bapakku, sepanjang pengenalanku padanya, tidak pernah mengecewakan kami anak-anaknya.
Kini dia telah pergi,
tidak ada lagi yang setiap hari meneleponku, dan pura-pura bertanya apakah tadi aku meneleponnya...
tidak ada lagi yang selalu gelisah menanti kedatangan kami,
tidak ada lagi yang menanyakan apa yang ingin kami makan, kalau kami sedang pulang kampung,
tidak ada lagi yang bersiap-siap ke gereja sejak jam 9 pagi, meskipun kebaktian baru mulai jam 11 siang,
tidak ada lagi yang memanggil kami putri-putrinya "ito"
tidak ada lagi orang yang sangat menjunjung tinggi kebenaran dan prinsip hidup,
tidak ada lagi senyumnya yang lembut,
tidak ada lagi perbincangan-perbincangan yang berisi dan membangun,
tidak ada lagi orang yang selalu rindu pada kami,
Namun,...
walaupun engkau telah pergi, kau selalu hidup dihati kami Bapakku tercinta.
Wednesday, June 17, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
I went down on tears when i read this post (even when I'm writing this comment)..., Remembering my dad too.
Rasanya tidak ada yang lebih membahagiakan, ketika kita tau bahwa orang yang kita sayangi telah berada di sisi Allah Bapa. Terlebih lagi keberangkatannya adalah dalam damai, tulus dan ikhlas.
This moment of lost is a living professing of faith that will last forever.
Aq kirim doa buat kakak sekeluarga ya... He gives and He takes, everything are in the right time.
Jesus is always be there to give the strength and guidance.
GOD BLESS ^^
@ Lia: Thx a lot...
For praying and supporting us in this hardest time.
May God bless you too :)
Again Thx.
Bu, saya turut berduka cita ya. Semoga buat ibu sekeluarga bisa tabah dan diberi kekuatan oleh Tuham YME.
@ Novi: Makasih ya Nov, semoga Tuhan memberkati kamu juga :)
Post a Comment