Rabu malam kemarin, ketika nonton Apa Kabar Indonesia di TVone menghadirkan bintang tamu pengamat politik Ichsanudin Noorsy, Anggota DPR RI dari PDIP Efendi Simbolon dan sambungan telepon dari kader Partai Demokrat Ruhut Sitompul benar-benar bikin aku geleng-geleng kepala sebagaimana saudara Ichsanudin juga kerap geleng-geleng kepala ditengah-tengah acara tersebut.
Sulit memang berbicara dengan orang yang tidak nyambung.
Ditanya apa jawabnya karena.
Ditanya mengapa jawabnya orang lain juga melakukan hal yg sama.
Aneh dan tidak nyambung.
Yang didiskusikan adalah masalah pemberian BLT oleh Pemerintah dimana pada saat kampanye Megawati mengkritisi pemberian BLT tersebut.
Saudara Ruhut membela SBY dan PD dengan gaya anak kecil yang sangat fanatis sampai menjelek-jelekan lawannya. Kemudian, ditengah-tengah acara ada pemberitaan bahwa caleg PD memasukkan kartu namanya pada pembagian BLT. Atas kejadian tersebut, pembawa acara meminta tanggapan saudara Ruhut, dan dia menjawab bahwa "kepala daerah dari partai-partai lain juga sering kok mengaku-ngaku bahwa BLT itu dari dia, bukan dari pusat."
Kok ga nyambung seh?
Kemudian ketika Efendi bilang bahwa BLT merupakan cara pemerintah untuk "mendiamkan rakyat atas naiknya harga BBM" Ruhut bilang jangan mengkait-kaitkan dengan kenaikan BBM. Lalu Efendi menjawab, "saya tidak mengkait-kaitkan, tapi itulah yg sesungguhnya terjadi mengapa kami di DPR menyetujui" eh....si Ruhut motong "eh simbolon,...jangan mentang-mentang kamu di DPR ya, aku juga bentar lagi masuk DPR kok"
huahahaha...jadi ingat pertengkaran anak-anak di Play Group.
Dan masih ada beberapa hal yang ga nyambung lainnya yang dijawab oleh Ruhut.
Menurut saudara Ichsanudin, yang memilukan adalah kedua kubu ribut masalah BLT "bukan karena BLT itu tidak mendidik dan tidak merupakan cara yang tepat meningkatkan daya ekonomi rakyat, namun diributkan karena BLT dibagikan pada moment menjelang pemilu."
Dan saudara Efendi pun terdiam :P
Agak repot memang, ketika motivasi dalam diskusi bukan untuk mendapatkan jalan keluar untuk masalah bersama, tapi motivasi untuk saling menyerang.
Dan lebih susah lagi ketika teman diskusi tidak santun. Menyerangnya bukan pada content pembicaraan tetapi menyerang orang yang berdiskusi. Tidak salah pada akhir acara Ichsanudin berkata, dari kampanye tokoh-tokoh di Indonesia, menunjukkan bahwa belum ada tokoh kita yang negarawan.
Betul, semua masih sibuk pada kampanye "pepesan kosong"
Mel,
sok paham mode ON :P
Friday, March 27, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment